Kamis, 22 Desember 2011

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA

A. PENGERTIAN

Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb dan atau hitung eritrosit lebih rendah dari normal. Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta jumlah Hb dalam 1mm3 darah atau berkurangnya volume sel yang didapatkan (packed red cells volume) dalam 100 ml darah. (Ngastiyah.1997).

B. KLASIFIKASI MENURUT ETIOLOGI ANEMIA

Anemia dapat dibedakan menurut mekanisme kelainan pembentukan, kerusakan atau kehilangan sel-sel darah merah serta penyebabnya:

1. Anemia pasca perdarahan : akibat perdarahan massif seperti kecelakaan, operasi dan persalinan dengan perdarahan atau perdarahan menahun:cacingan.

2. Anemia defisiensi: kekurangan bahan baku pembuat sel darah. Bisa karena intake kurang, absorbsi kurang, sintesis kurang, keperluan yang bertambah.

3. Anemia hemolitik: terjadi penghancuran eritrosit yang berlebihan. Karena faktor intrasel: talasemia, hemoglobinopatie, sferositisis kongenital, dsfisiensi enzim erotrosit dll. Sedang factor ekstrasel: intoksikasi, infeksi –malaria, reaksi hemolitik transfusi darah.

4. Anemia aplastik disebabkan terhentinya pembuatan sel darah oleh sumsum tulang (kerusakan sumsum tulang).

(Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran UI, 1985)

C. PATOFISIOLOGI

Timbulnya amnemia mencerminkan adanya keggagalan sumsum atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum (misal.berkuranganya eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pejanantoksik, invasi tumor, atau kebnyakan penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui peradarahan atau hemolisis( destruksi). Pada kasus yang disebut terakhir, masalahnya dapat akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahahan sel darah merah normal atau akibat beberapa faktor diluar sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.

Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam sistem retikuloendotelia, terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang terbentuk dalam fagosit, akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma ( konsentrasi normalanya 1 mg/ dl atau kurang ; kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sklera)

Apabila sel darah merah mengalami pengancuran dalam sirkulasi, seperti yang terjadi pada berbagai kelainan hemolitik, maka akan muncul dalam plasma( hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasma melebihi kapasitas haptoglobin plasma(protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya (mis. Apabila jumlahnya lebih dari sekitar 100 mg/dl ) hemoglobin kan terdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria). Jika ada atau tidak adanya hemoglobinemia atau hemoglobinuria dapat memberikan informasi mengenai lokasi penghancuran sel darah merah abnormal pada pasien dengan hemolisi dan dapat merupakan petunjuk untuk mengetahui sifat proses hemolitik tersebut. (Suddart and Brunner, 2001)

D. MANIFESTASI KLINIS

1. Tanda-tanda umum anemia:
1. pucat,
2. tacicardi,
3. bising sistolik anorganik,
4. bising karotis,
5. pembesaran jantung.

2. Manifestasi khusus pada anemia:

a. Anemia aplastik: ptekie, ekimosis, epistaksis, ulserasi oral, infeksi bakteri, demam, anemis, pucat, lelah, takikardi.
b. Anemia defisiensi: konjungtiva pucat (Hb 6-10 gr/dl), telapak tangan pucat (Hb < 8 gr/dl), iritabilitas, anoreksia, takikardi, murmur sistolik, letargi, tidur meningkat, kehilangan minat bermain atau aktivitas bermain. Anak tampak lemas, sering berdebar-debar, lekas lelah, pucat, sakit kepala, anak tak tampak sakit, tampak pucat pada mukosa bibir, farink,telapak tangan dan dasar kuku. Jantung agak membesar dan terdengar bising sistolik yang fungsional.
c. Anemia aplastik : ikterus, hepatosplenomegali.

(Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran UI, 1985)

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Kadar Hb.

Kadar Hb <10g/dl. Konsentrasi hemoglobin eritrosit rata-rata < 32% (normal: 32-37%), leukosit dan trombosit normal, serum iron merendah, iron binding capacity meningkat.

2. Indeks eritrosit

3. jumlah leukosit dan trombosit

4. hitung retikulosit

5. sediaan apus darah

6. pameriksaan sumsum tulang

7. Kelainan laborat sederhana untuk masing-masing tipe anemia :

a. Anemia defisiensi asam folat : makro/megalositosis

b. Anemia hemolitik : retikulosit meninggi, bilirubin indirek dan total naik, urobilinuria.

c. Anemia aplastik : trombositopeni, granulositopeni, pansitopenia, sel patologik darah tepi ditemukan pada anemia aplastik karena keganasan.

(Petit, 1997)

F. KOMPLIKASI

1. Cardiomegaly

2. Congestive heart failure

3. Gastritis

4. Paralysis

5. Paranoia

6. Hallucination and delusion

7. Infeksi genoturia

(Hand Out Nurhidayah, 2004)

G. PENATALAKSANAAN

a. Anemia pasca perdarahan: transfusi darah. Pilihan kedua: plasma ekspander atau plasma substitute. Pada keadaan darurat bisa diberikan infus IV apa saja.

b. Anemia defisiensi: makanan adekuat, diberikan SF 3x10mg/kg BB/hari. Transfusi darah hanya diberikan pada Hb <5 gr/dl.

c. Anemia aplastik: prednison dan testosteron, transfusi darah, pengobatan infeksi sekunder, makanan dan istirahat.

H. PENGKAJIAN

1. Sistem saraf pusat

Perlu dikaji adanya fatigue, weakness, paresthesia tangan dan kaki, gangguan pergerakan jari manis, ganggguan koordinasi dan posisi, kehilangan perassaan bergetar, ataksia, tanda babinski dan romberg, gangguan penglihatan, perasa dan pendengaran. Gastrointestinal

Lidah beefy red, smooth, paintful, nausea dan muntah, anoreksia, faltulence,diarhea, konstipasi dan kehilangan berat badan. Kardiovaskuler

Palpitasi, tachicardi, denyut nadi lemah, dyspnea, othopnea

2. Integument

3. Warna kulit seperti berlilin, pucat sampai kuning lemon terang.

4. Peningkatan kemungkinan infeksi

5. Raiwayat penyakit keluarga

6. Latar belakang etnik.

(Suddart and Brunner, 2001)

I. MASALAH KEPERAWATAN YANG SERING MUNCUL
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan berkurangnya komparten seluler yang penting untuk menghantarkan oksigen / zat nutrisi ke sel.
2. intoleransi aktifitas berhubungan dengan tidak seimbangnya kebutuhan pemakaian dan suplai oksigen.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya selera makan.
4. Potensial infeksi berhubungan dengan resiko meningkatnya susceptibilitas sekunder terhadap penurunan WBC
5. Potensial injury berhubungan dengan resiko deficit sensori motor. (Hand Out Nurhidayah, 2004)

J. TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan berkurangnya komparten seluler yang penting untuk menghantarkan oksigen / zat nutrisi ke sel.
Tujuan: Perfusi jaringan adekuat

- Memonitor tanda‑tanda vital, pengisian kapiler, wama kulit, membran mukosa.

- Meninggikan posisi kepala di tempat tidur

- Memeriksa dan mendokumentasikan adanya rasa nyeri.

- Observasi adanya keterlambatan respon verbal, kebingungan, atau gelisah

- Mengobservasi dan mendokumentasikan adanya rasa dingin.

- Mempertahankan suhu lingkungan agar tetap hangat sesuai kebu­tuhan tubuh.

- Memberikan oksigen sesuai kebutuhan.

2. intoleransi aktifitas berhubungan dengan tidak seimbangnya kebutuhan pemakaian dan suplai oksigen.
Tujuan: Mendukung anak tetap toleran terhadap aktivitas

- Menilai kemampuan anak dalam melakukan aktivitas sesuai dengan kondisi fisik dan tugas perkembangan anak.
- Memonitor tanda‑tanda vital selama dan setelah melakukan aktivitas, dan mencatat adanya respon fisiologis terhadap aktivitas (peningkatan denyut jantung peningkatan tekanan darah, atau nafas cepat).
- Memberikan informasi kepada pasien atau keluarga untuk berhenti melakukan aktivitas jika teladi gejala‑gejala peningkatan denyut jantung, peningkatan tekanan darah, nafas cepat, pusing atau kelelahan).
- Berikan dukungan kepada anak untuk melakukan kegiatan sehari­ hari sesuai dengan kemampuan anak.
- Mengajarkan kepada orang tua teknik memberikan reinforcement terhadap partisipasi anak di rumah.
- Membuat jadual aktivitas bersama anak dan keluarga dengan melibatkan tim kesehatan lain.
- Menjelaskan dan memberikan rekomendasi kepada sekolah tentang kemampuan anak dalam melakukan aktivitas, memonitor kemam­puan melakukan aktivitas secara berkala dan menjelaskan kepada orang tua dan sekolah.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya selera makan.
Tujuan: Memenuhi kebutuhan nutrisi yang adekuat

- Mengijinkan anak untuk memakan makanan yang dapat ditoleransi anak, rencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan anak meningkat.

- Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi.

- Mengijinkan anak untuk terlibat dalam persiapan dan pemilihan makanan

- Mengevaluasi berat badan anak setiap hari.

4. Potensial infeksi berhubungan dengan resiko meningkatnya susuceptibilitas sekunder terhadap peneurunan WBC

Tujuan: pencegahan infeksi

- Kaji tanda infeksi

- Anjurkan pasien menghidari kontak dengan orang yang terinfeksi

- Instruksikan pasien untuk melakukan cuci tangan yang benar

- Ajarkan pasien untuk batuk dan napas dalam

- Anjurkan ambulasi sesegera mungkin

5. Potensial injury berhubungan dengan resiko deficit sensori motor

Tujuan : pencegahan injury

- Jaga keamanan lingkungan

- Sediakan pengaman yang dibutuhkan

- Pastikan tidak adanya deficit neurology sebelum ambulasi

- Ingatkan pasien untuk selalu memnggil perawat bila membutuhkan bantuan

- Sisihkan barang-barang yang bisa menyebabkan injury ketika pasien mulai ambulasi

- Pastikan pasien menggunakan alat bantu saat berjalan atau alat bantu lain

- Kaji integritas kulit

- Yakinkan air mandi dan air gosok gigi hangat tidak membakar

- Hindari penggunaan baju dan sepatu sempit.

DAFTAR PUSTAKA

  1. Doengoes Merillynn. (1999) (Rencana Asuhan Keperawatan). Nursing care plans. Guidelines for planing and documenting patient care. Alih bahasa : I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati. EGC. Jakarta.
  2. FKUI. (1985). Ilmu Kesehatan Anak. Volume 1. Jakarta, FKUI.
  3. Harlatt, Petit. (1997). Kapita Selekta Hematologi. Edisi 2. Jakarta, EGC.
  4. Ngastiyah. (1997). Perawatan Anak Sakit. Cetakan I. Jakarta, EGC.
  5. Nurhidayah, 2004. Hand Out Asuhan Keperawatn Hyperchromic Macrocytic Anemia.
  6. Smeltzer, Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta, EGC.

DIABETES MELITUS

Definisi

DM adalah sekelompok kelainan yang ditandai oleh peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia). Mungkin terdapat penurunan dalam kemampuan tubuh untuk berespon terhadap insulin dan/atau penurunan atau tidak terdapatnya pembentukan insulin oleh pankreas. Kondisi ini mengarah pada hiperglikemia, yang dapat menyebabkan terjadinya komplikasi metabolik akut seperti ketoasidosis diabetik dan sindrom hiperglikemik hiperosmolar non-ketosis. Hiperglikemia jangka panjang dapat menunjang terjadinya komplikasi mikrovaskular kronis (penyakit ginjal dan mata) serta komplikasi neuropati, DM juga berkaitan dengan suatu peningkatan kejadian penyakit kardiovaskular termasuk infark miokard, stroke dan penyakit vaskular perifer.

Jenis-jenis Diabetes

Tipe I: Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)

Lima persen sampai sepuluh persen penderita diabetik adalah tipe I. Sel-sel beta dari pankreas yang normalnya menghasilkan insulin dihancurkan oleh proses autoimun. Diperlukan suntikan insulin untuk mengontrol kadar gula darah. Awitannya mendadak biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun.

Tipe II: Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)

Sembilan puluh persen sampai 95% penderita diabetik adalah tipe II. Kondisi ini diakibatkan oleh penurunan sensitivitas terhadap insulin (resisten insulin) atau akibat penurunan jumlah pembentukan insulin. Pengobatan pertama adalah dengan diit dan olah raga, jika kenaikan kadar glukosa darah menetap, suplemen dengan preparat hipoglikemik (suntikan insulin dibutuhkan, jika preparat oral tidak dapat mengontrol hiperglikemia). Terjadi paling sering pada mereka yang berusia lebih dari 30 tahun dan pada mereka yang obesitas.

Tanda dan Gejala

Dari sudut pasien DM sendiri, hal yang sering menyebabkan pasien datang berobat ke dokter dan kemudian didiagnosa sebagai DM ialah keluhan:

- Kelainan kulit : gatal, bisul-bisul

- Kelainan ginekologis : keputihan

- Kesemutan, rasa baal

- Kelemahan tubuh

- Luka atau bisul yang tidak sembuh-sembuh

- Infeksi saluran kemih

Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah genital atau pun daerah lipatan kulit lain seperti di ketiak dan di bawah payudara, biasanya timbul akibat jamur. Sering pula dikeluhkan timbulnya bisul-bisul atau luka yang lama tidak sembuh. Pada wanita, keputihan merupakan salah satu keluhan yang sering menyebabkan pasien datang ke dokter ahli kebidanan. Jamur terutama candida merupakan penyebab tersering dari keluhan pasien.

Rasa baal dan kesemutan akibat sudah terjadinya neuropati, juga merupakan keluhan pasien, disamping keluhan lemah dan mudah merasa lelah. Pada pasien laki-laki mungkin keluhan impotensi yang menyebabkan pasien datang ke dokter. Keluhan lain yaitu mata kabur yang disebabkan katarak, ataupun gangguan refraksi akibat perubahan-perubahan pada lensa oleh hiperglikemia. Mungkin pula keluhan tersebut disebabkan kelainan pada corpus vitreum. Diplopia binokular akibat kelumpuhan sementara otot bola mata dapat pula merupakan salah satu sebab pasien berobat ke dokter mata.

Diabetes mungkin pula ditemukan pada pasien yang berobat untuk infeksi saluran kemih dan untuk tuberculosis paru. Jika pada mereka kemudian ditanyakan dengan teliti mengenai gejala dan tanda DM, pada umumnya juga akan ditemukan gejala khas DM, yaitu poliuria akibat diuresis osmotic, polidipsia, polifagia dan berat badan menurun.

Evaluasi Diagnostik

  • Adanya kadar glukosa darah yang tinggi secara abnormal, kadar glukosa darah puasa diatas 140 mg/dl atau kadar glukosa plasma acak diatas 200 mg/dl pada lebih dari 1 kali pemeriksaan.
  • Uji Toleransi Glukosa Oral (OGTT)

Penatalaksanaan

Tujuan utama pengobatan adalah untuk mencoba menormalisasi aktivitas insulin dan kadar glukosa darah untuk menurunkan perkembangan komplikasi neuropati dan vaskular. Tujuan terapeutik pada masing-masing tipe diabetes adalah untuk mencapai kadar glukosa darah (euglikemia) tanpa mengalami hipoglikemia dan tanpa mengganggu aktivitas sehari-hari pasien dengan serius. Terdapat 5 komponen penatalaksanaan untuk diabetes: diit, olah raga (latihan), pemantauan, obat-obatan (sesuai kebutuhan) dan penyuluhan.

  1. Pengobtan primer dari DM tipe I adalah insulin.
  2. Pengobatan utama dari DM tipe II adalah penurunan BB.
  3. Olah raga penting dalam meningkatkan keefektifan insulin.
  4. Gunakan agen hipoglikemia oral jika diit dan olah raga tidak berhasil mengontrol kadar glukosa darah.
  5. Karena pengobatan akan bervariasi sepanjang perjalan penyakit akibat perubahan gaya hidup, status fisik dan emosional, juga kemajuan terapi, secara konstan dikaji dan modifikasi rencana pengobatan. Juga, penting untuk memberikan penyuluhan baik bagi pasien maupun keluarga.

Penatalaksanaan Diit

  1. Kelompokkan semua unsur makanan yang penting (mis. Vitamin, mineral).
  2. Pencapaian dan pemeliharaan BB ideal: pemenuhan kebutuhan energi
  3. Pencegahan fluktuasi kadar gula darah sehari-hari yang luas, pertahankan sedekat dan seaman mungkin pada kadar gula darah normal.
  4. Kurangi kadar lemak darah, jika terjadi peningkatan.
  5. Pasien yang membutuhkan insulin untuk membantu mengontrol kadar gula darahnya harus mempertahankan konsistensi dalam jumlah kalori dan karbohidrat yang dimakan pada waktu makanan yang berbeda.
  6. Untuk pasien obesitas (terutama diabetes tipe II) pemenuhan BB merupakan kunci keberhasilan pengobatan dan faktor pencegahan utama untuk perkembangan diabetes.

Komplikasi

Komplikasi yang berkaitan dengan kedua tipe DM digolongkan sebagai akut dan kronik

Komplikasi akut

Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan jangka pendek dari glukosa darah.

  1. Hipoglikeia.
  2. Ketoasidosis diabetic (DKA)
  3. sindrom hiperglikemik hiperosmolar non ketotik (HHNK).

Komplikasi kronik

Umumnya terjadi 10 sampai 15 tahun setelah awitan.

  1. Makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar), mengenai sirkulasi koroner, vaskular perifer dan vaskular selebral.
  2. Mikrovaskular (penyakit pembuluh darah kecil), mengenai mata (retinopati) dan ginjal (nefropati). Kontrol kadar glukosa darah untuk memperlambat atau menunda awitan baik komplikasi mikrovaskular maupun makrovaskular.
  3. Penyakit neuropati, mengenai saraf sensorik-motorik dan autonomi serta menunjang masalah seperti impotensi dan ulkus pada kaki.

Diagnosa Keperawatan Utama

  1. Resiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan poliuria dan dehidrasi.
  2. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakseimbangan insulin, makanan dan aktivitas.
  3. Kurang pengetahuan tentang keterampilan/informasi perawatan diri.
  4. Potensial kurang perawatan diri b.d kerusakan fisik dan factor-faktor social.
  5. Ansietas b.d kehilangan kontrol, ketakutan akan ketidakmampuan untuk mengatasi diabetes, kesalahan informasi yang berhubungan dengan diabetes, ketakutan akan komplikasi diabetes.

Masalah- Masalah Kolaboratif

  1. Kelebihan cairan, edema pulmonal, gagal jantung kongestif.
  2. Hipoglikemia
  3. Hiperglikemia dan ketoasidosis
  4. Hipokalemia
  5. Edema selebral

Kamis, 22 Desember 2011

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA

Diposting oleh Unknown di 20.38 0 komentar

A. PENGERTIAN

Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb dan atau hitung eritrosit lebih rendah dari normal. Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta jumlah Hb dalam 1mm3 darah atau berkurangnya volume sel yang didapatkan (packed red cells volume) dalam 100 ml darah. (Ngastiyah.1997).

B. KLASIFIKASI MENURUT ETIOLOGI ANEMIA

Anemia dapat dibedakan menurut mekanisme kelainan pembentukan, kerusakan atau kehilangan sel-sel darah merah serta penyebabnya:

1. Anemia pasca perdarahan : akibat perdarahan massif seperti kecelakaan, operasi dan persalinan dengan perdarahan atau perdarahan menahun:cacingan.

2. Anemia defisiensi: kekurangan bahan baku pembuat sel darah. Bisa karena intake kurang, absorbsi kurang, sintesis kurang, keperluan yang bertambah.

3. Anemia hemolitik: terjadi penghancuran eritrosit yang berlebihan. Karena faktor intrasel: talasemia, hemoglobinopatie, sferositisis kongenital, dsfisiensi enzim erotrosit dll. Sedang factor ekstrasel: intoksikasi, infeksi –malaria, reaksi hemolitik transfusi darah.

4. Anemia aplastik disebabkan terhentinya pembuatan sel darah oleh sumsum tulang (kerusakan sumsum tulang).

(Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran UI, 1985)

C. PATOFISIOLOGI

Timbulnya amnemia mencerminkan adanya keggagalan sumsum atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum (misal.berkuranganya eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pejanantoksik, invasi tumor, atau kebnyakan penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui peradarahan atau hemolisis( destruksi). Pada kasus yang disebut terakhir, masalahnya dapat akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahahan sel darah merah normal atau akibat beberapa faktor diluar sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.

Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam sistem retikuloendotelia, terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang terbentuk dalam fagosit, akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma ( konsentrasi normalanya 1 mg/ dl atau kurang ; kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sklera)

Apabila sel darah merah mengalami pengancuran dalam sirkulasi, seperti yang terjadi pada berbagai kelainan hemolitik, maka akan muncul dalam plasma( hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasma melebihi kapasitas haptoglobin plasma(protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya (mis. Apabila jumlahnya lebih dari sekitar 100 mg/dl ) hemoglobin kan terdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria). Jika ada atau tidak adanya hemoglobinemia atau hemoglobinuria dapat memberikan informasi mengenai lokasi penghancuran sel darah merah abnormal pada pasien dengan hemolisi dan dapat merupakan petunjuk untuk mengetahui sifat proses hemolitik tersebut. (Suddart and Brunner, 2001)

D. MANIFESTASI KLINIS

1. Tanda-tanda umum anemia:
1. pucat,
2. tacicardi,
3. bising sistolik anorganik,
4. bising karotis,
5. pembesaran jantung.

2. Manifestasi khusus pada anemia:

a. Anemia aplastik: ptekie, ekimosis, epistaksis, ulserasi oral, infeksi bakteri, demam, anemis, pucat, lelah, takikardi.
b. Anemia defisiensi: konjungtiva pucat (Hb 6-10 gr/dl), telapak tangan pucat (Hb < 8 gr/dl), iritabilitas, anoreksia, takikardi, murmur sistolik, letargi, tidur meningkat, kehilangan minat bermain atau aktivitas bermain. Anak tampak lemas, sering berdebar-debar, lekas lelah, pucat, sakit kepala, anak tak tampak sakit, tampak pucat pada mukosa bibir, farink,telapak tangan dan dasar kuku. Jantung agak membesar dan terdengar bising sistolik yang fungsional.
c. Anemia aplastik : ikterus, hepatosplenomegali.

(Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran UI, 1985)

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Kadar Hb.

Kadar Hb <10g/dl. Konsentrasi hemoglobin eritrosit rata-rata < 32% (normal: 32-37%), leukosit dan trombosit normal, serum iron merendah, iron binding capacity meningkat.

2. Indeks eritrosit

3. jumlah leukosit dan trombosit

4. hitung retikulosit

5. sediaan apus darah

6. pameriksaan sumsum tulang

7. Kelainan laborat sederhana untuk masing-masing tipe anemia :

a. Anemia defisiensi asam folat : makro/megalositosis

b. Anemia hemolitik : retikulosit meninggi, bilirubin indirek dan total naik, urobilinuria.

c. Anemia aplastik : trombositopeni, granulositopeni, pansitopenia, sel patologik darah tepi ditemukan pada anemia aplastik karena keganasan.

(Petit, 1997)

F. KOMPLIKASI

1. Cardiomegaly

2. Congestive heart failure

3. Gastritis

4. Paralysis

5. Paranoia

6. Hallucination and delusion

7. Infeksi genoturia

(Hand Out Nurhidayah, 2004)

G. PENATALAKSANAAN

a. Anemia pasca perdarahan: transfusi darah. Pilihan kedua: plasma ekspander atau plasma substitute. Pada keadaan darurat bisa diberikan infus IV apa saja.

b. Anemia defisiensi: makanan adekuat, diberikan SF 3x10mg/kg BB/hari. Transfusi darah hanya diberikan pada Hb <5 gr/dl.

c. Anemia aplastik: prednison dan testosteron, transfusi darah, pengobatan infeksi sekunder, makanan dan istirahat.

H. PENGKAJIAN

1. Sistem saraf pusat

Perlu dikaji adanya fatigue, weakness, paresthesia tangan dan kaki, gangguan pergerakan jari manis, ganggguan koordinasi dan posisi, kehilangan perassaan bergetar, ataksia, tanda babinski dan romberg, gangguan penglihatan, perasa dan pendengaran. Gastrointestinal

Lidah beefy red, smooth, paintful, nausea dan muntah, anoreksia, faltulence,diarhea, konstipasi dan kehilangan berat badan. Kardiovaskuler

Palpitasi, tachicardi, denyut nadi lemah, dyspnea, othopnea

2. Integument

3. Warna kulit seperti berlilin, pucat sampai kuning lemon terang.

4. Peningkatan kemungkinan infeksi

5. Raiwayat penyakit keluarga

6. Latar belakang etnik.

(Suddart and Brunner, 2001)

I. MASALAH KEPERAWATAN YANG SERING MUNCUL
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan berkurangnya komparten seluler yang penting untuk menghantarkan oksigen / zat nutrisi ke sel.
2. intoleransi aktifitas berhubungan dengan tidak seimbangnya kebutuhan pemakaian dan suplai oksigen.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya selera makan.
4. Potensial infeksi berhubungan dengan resiko meningkatnya susceptibilitas sekunder terhadap penurunan WBC
5. Potensial injury berhubungan dengan resiko deficit sensori motor. (Hand Out Nurhidayah, 2004)

J. TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan berkurangnya komparten seluler yang penting untuk menghantarkan oksigen / zat nutrisi ke sel.
Tujuan: Perfusi jaringan adekuat

- Memonitor tanda‑tanda vital, pengisian kapiler, wama kulit, membran mukosa.

- Meninggikan posisi kepala di tempat tidur

- Memeriksa dan mendokumentasikan adanya rasa nyeri.

- Observasi adanya keterlambatan respon verbal, kebingungan, atau gelisah

- Mengobservasi dan mendokumentasikan adanya rasa dingin.

- Mempertahankan suhu lingkungan agar tetap hangat sesuai kebu­tuhan tubuh.

- Memberikan oksigen sesuai kebutuhan.

2. intoleransi aktifitas berhubungan dengan tidak seimbangnya kebutuhan pemakaian dan suplai oksigen.
Tujuan: Mendukung anak tetap toleran terhadap aktivitas

- Menilai kemampuan anak dalam melakukan aktivitas sesuai dengan kondisi fisik dan tugas perkembangan anak.
- Memonitor tanda‑tanda vital selama dan setelah melakukan aktivitas, dan mencatat adanya respon fisiologis terhadap aktivitas (peningkatan denyut jantung peningkatan tekanan darah, atau nafas cepat).
- Memberikan informasi kepada pasien atau keluarga untuk berhenti melakukan aktivitas jika teladi gejala‑gejala peningkatan denyut jantung, peningkatan tekanan darah, nafas cepat, pusing atau kelelahan).
- Berikan dukungan kepada anak untuk melakukan kegiatan sehari­ hari sesuai dengan kemampuan anak.
- Mengajarkan kepada orang tua teknik memberikan reinforcement terhadap partisipasi anak di rumah.
- Membuat jadual aktivitas bersama anak dan keluarga dengan melibatkan tim kesehatan lain.
- Menjelaskan dan memberikan rekomendasi kepada sekolah tentang kemampuan anak dalam melakukan aktivitas, memonitor kemam­puan melakukan aktivitas secara berkala dan menjelaskan kepada orang tua dan sekolah.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya selera makan.
Tujuan: Memenuhi kebutuhan nutrisi yang adekuat

- Mengijinkan anak untuk memakan makanan yang dapat ditoleransi anak, rencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan anak meningkat.

- Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi.

- Mengijinkan anak untuk terlibat dalam persiapan dan pemilihan makanan

- Mengevaluasi berat badan anak setiap hari.

4. Potensial infeksi berhubungan dengan resiko meningkatnya susuceptibilitas sekunder terhadap peneurunan WBC

Tujuan: pencegahan infeksi

- Kaji tanda infeksi

- Anjurkan pasien menghidari kontak dengan orang yang terinfeksi

- Instruksikan pasien untuk melakukan cuci tangan yang benar

- Ajarkan pasien untuk batuk dan napas dalam

- Anjurkan ambulasi sesegera mungkin

5. Potensial injury berhubungan dengan resiko deficit sensori motor

Tujuan : pencegahan injury

- Jaga keamanan lingkungan

- Sediakan pengaman yang dibutuhkan

- Pastikan tidak adanya deficit neurology sebelum ambulasi

- Ingatkan pasien untuk selalu memnggil perawat bila membutuhkan bantuan

- Sisihkan barang-barang yang bisa menyebabkan injury ketika pasien mulai ambulasi

- Pastikan pasien menggunakan alat bantu saat berjalan atau alat bantu lain

- Kaji integritas kulit

- Yakinkan air mandi dan air gosok gigi hangat tidak membakar

- Hindari penggunaan baju dan sepatu sempit.

DAFTAR PUSTAKA

  1. Doengoes Merillynn. (1999) (Rencana Asuhan Keperawatan). Nursing care plans. Guidelines for planing and documenting patient care. Alih bahasa : I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati. EGC. Jakarta.
  2. FKUI. (1985). Ilmu Kesehatan Anak. Volume 1. Jakarta, FKUI.
  3. Harlatt, Petit. (1997). Kapita Selekta Hematologi. Edisi 2. Jakarta, EGC.
  4. Ngastiyah. (1997). Perawatan Anak Sakit. Cetakan I. Jakarta, EGC.
  5. Nurhidayah, 2004. Hand Out Asuhan Keperawatn Hyperchromic Macrocytic Anemia.
  6. Smeltzer, Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta, EGC.

DIABETES MELITUS

Diposting oleh Unknown di 20.33 0 komentar

Definisi

DM adalah sekelompok kelainan yang ditandai oleh peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia). Mungkin terdapat penurunan dalam kemampuan tubuh untuk berespon terhadap insulin dan/atau penurunan atau tidak terdapatnya pembentukan insulin oleh pankreas. Kondisi ini mengarah pada hiperglikemia, yang dapat menyebabkan terjadinya komplikasi metabolik akut seperti ketoasidosis diabetik dan sindrom hiperglikemik hiperosmolar non-ketosis. Hiperglikemia jangka panjang dapat menunjang terjadinya komplikasi mikrovaskular kronis (penyakit ginjal dan mata) serta komplikasi neuropati, DM juga berkaitan dengan suatu peningkatan kejadian penyakit kardiovaskular termasuk infark miokard, stroke dan penyakit vaskular perifer.

Jenis-jenis Diabetes

Tipe I: Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)

Lima persen sampai sepuluh persen penderita diabetik adalah tipe I. Sel-sel beta dari pankreas yang normalnya menghasilkan insulin dihancurkan oleh proses autoimun. Diperlukan suntikan insulin untuk mengontrol kadar gula darah. Awitannya mendadak biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun.

Tipe II: Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)

Sembilan puluh persen sampai 95% penderita diabetik adalah tipe II. Kondisi ini diakibatkan oleh penurunan sensitivitas terhadap insulin (resisten insulin) atau akibat penurunan jumlah pembentukan insulin. Pengobatan pertama adalah dengan diit dan olah raga, jika kenaikan kadar glukosa darah menetap, suplemen dengan preparat hipoglikemik (suntikan insulin dibutuhkan, jika preparat oral tidak dapat mengontrol hiperglikemia). Terjadi paling sering pada mereka yang berusia lebih dari 30 tahun dan pada mereka yang obesitas.

Tanda dan Gejala

Dari sudut pasien DM sendiri, hal yang sering menyebabkan pasien datang berobat ke dokter dan kemudian didiagnosa sebagai DM ialah keluhan:

- Kelainan kulit : gatal, bisul-bisul

- Kelainan ginekologis : keputihan

- Kesemutan, rasa baal

- Kelemahan tubuh

- Luka atau bisul yang tidak sembuh-sembuh

- Infeksi saluran kemih

Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah genital atau pun daerah lipatan kulit lain seperti di ketiak dan di bawah payudara, biasanya timbul akibat jamur. Sering pula dikeluhkan timbulnya bisul-bisul atau luka yang lama tidak sembuh. Pada wanita, keputihan merupakan salah satu keluhan yang sering menyebabkan pasien datang ke dokter ahli kebidanan. Jamur terutama candida merupakan penyebab tersering dari keluhan pasien.

Rasa baal dan kesemutan akibat sudah terjadinya neuropati, juga merupakan keluhan pasien, disamping keluhan lemah dan mudah merasa lelah. Pada pasien laki-laki mungkin keluhan impotensi yang menyebabkan pasien datang ke dokter. Keluhan lain yaitu mata kabur yang disebabkan katarak, ataupun gangguan refraksi akibat perubahan-perubahan pada lensa oleh hiperglikemia. Mungkin pula keluhan tersebut disebabkan kelainan pada corpus vitreum. Diplopia binokular akibat kelumpuhan sementara otot bola mata dapat pula merupakan salah satu sebab pasien berobat ke dokter mata.

Diabetes mungkin pula ditemukan pada pasien yang berobat untuk infeksi saluran kemih dan untuk tuberculosis paru. Jika pada mereka kemudian ditanyakan dengan teliti mengenai gejala dan tanda DM, pada umumnya juga akan ditemukan gejala khas DM, yaitu poliuria akibat diuresis osmotic, polidipsia, polifagia dan berat badan menurun.

Evaluasi Diagnostik

  • Adanya kadar glukosa darah yang tinggi secara abnormal, kadar glukosa darah puasa diatas 140 mg/dl atau kadar glukosa plasma acak diatas 200 mg/dl pada lebih dari 1 kali pemeriksaan.
  • Uji Toleransi Glukosa Oral (OGTT)

Penatalaksanaan

Tujuan utama pengobatan adalah untuk mencoba menormalisasi aktivitas insulin dan kadar glukosa darah untuk menurunkan perkembangan komplikasi neuropati dan vaskular. Tujuan terapeutik pada masing-masing tipe diabetes adalah untuk mencapai kadar glukosa darah (euglikemia) tanpa mengalami hipoglikemia dan tanpa mengganggu aktivitas sehari-hari pasien dengan serius. Terdapat 5 komponen penatalaksanaan untuk diabetes: diit, olah raga (latihan), pemantauan, obat-obatan (sesuai kebutuhan) dan penyuluhan.

  1. Pengobtan primer dari DM tipe I adalah insulin.
  2. Pengobatan utama dari DM tipe II adalah penurunan BB.
  3. Olah raga penting dalam meningkatkan keefektifan insulin.
  4. Gunakan agen hipoglikemia oral jika diit dan olah raga tidak berhasil mengontrol kadar glukosa darah.
  5. Karena pengobatan akan bervariasi sepanjang perjalan penyakit akibat perubahan gaya hidup, status fisik dan emosional, juga kemajuan terapi, secara konstan dikaji dan modifikasi rencana pengobatan. Juga, penting untuk memberikan penyuluhan baik bagi pasien maupun keluarga.

Penatalaksanaan Diit

  1. Kelompokkan semua unsur makanan yang penting (mis. Vitamin, mineral).
  2. Pencapaian dan pemeliharaan BB ideal: pemenuhan kebutuhan energi
  3. Pencegahan fluktuasi kadar gula darah sehari-hari yang luas, pertahankan sedekat dan seaman mungkin pada kadar gula darah normal.
  4. Kurangi kadar lemak darah, jika terjadi peningkatan.
  5. Pasien yang membutuhkan insulin untuk membantu mengontrol kadar gula darahnya harus mempertahankan konsistensi dalam jumlah kalori dan karbohidrat yang dimakan pada waktu makanan yang berbeda.
  6. Untuk pasien obesitas (terutama diabetes tipe II) pemenuhan BB merupakan kunci keberhasilan pengobatan dan faktor pencegahan utama untuk perkembangan diabetes.

Komplikasi

Komplikasi yang berkaitan dengan kedua tipe DM digolongkan sebagai akut dan kronik

Komplikasi akut

Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan jangka pendek dari glukosa darah.

  1. Hipoglikeia.
  2. Ketoasidosis diabetic (DKA)
  3. sindrom hiperglikemik hiperosmolar non ketotik (HHNK).

Komplikasi kronik

Umumnya terjadi 10 sampai 15 tahun setelah awitan.

  1. Makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar), mengenai sirkulasi koroner, vaskular perifer dan vaskular selebral.
  2. Mikrovaskular (penyakit pembuluh darah kecil), mengenai mata (retinopati) dan ginjal (nefropati). Kontrol kadar glukosa darah untuk memperlambat atau menunda awitan baik komplikasi mikrovaskular maupun makrovaskular.
  3. Penyakit neuropati, mengenai saraf sensorik-motorik dan autonomi serta menunjang masalah seperti impotensi dan ulkus pada kaki.

Diagnosa Keperawatan Utama

  1. Resiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan poliuria dan dehidrasi.
  2. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakseimbangan insulin, makanan dan aktivitas.
  3. Kurang pengetahuan tentang keterampilan/informasi perawatan diri.
  4. Potensial kurang perawatan diri b.d kerusakan fisik dan factor-faktor social.
  5. Ansietas b.d kehilangan kontrol, ketakutan akan ketidakmampuan untuk mengatasi diabetes, kesalahan informasi yang berhubungan dengan diabetes, ketakutan akan komplikasi diabetes.

Masalah- Masalah Kolaboratif

  1. Kelebihan cairan, edema pulmonal, gagal jantung kongestif.
  2. Hipoglikemia
  3. Hiperglikemia dan ketoasidosis
  4. Hipokalemia
  5. Edema selebral